Inovasi Tusina Baraseger dari Kementerian ESDM Hemat Energi hingga 40 %

By Admin

nusakini.com--Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berupaya mengurangi ketergantungan Industri Kecil dan Menengah (IKM) terhadap pemakaian minyak. Upaya itu dilakukan dengan inovasi Tungku Siklon Sederhana Batubara dan Sumber Energi Terbarukan (Tusina Baraseger) yang bisa menghemat biaya energi lebih dari 40 persen. 

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan, inovasi yang masuk Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2018 ini menggunakan pembakaran bersama (co-firing) batubara dan sumber energi terbarukan yang mudah digunakan.

Pengembangan co-firing tepung batubara, serbuk gergaji, dan sekam padi, sejalan dengan program pemerintah untuk mengembangkan energi terbarukan atau biomassa. Dengan pembakar siklon sederhana, berpotensi untuk diimplementasikan oleh UMKM dan industri umumnya, sebagai pengganti BBM/BBG dengan pembakaran yang bersih tak berasap dan ekonomis. 

Beberapa industri kecil yang sudah merasakan dampak berupa efisiensi yang mencapai 80 persen antara lain industri budidaya jamur. Industri ini menerapkan komposisi dalam pembakaran 10 kg batubara dan 60 kg serbuk gergaji. Efisiensi juga terjadi di industri kecap dan kerupuk. “Ini adalah produk nyata dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM dalam membantu masyarakat,” jelas Ego Syahrial. 

Implementasi inovasi ini dimulai sejak 2015 di sejumlah IKM, salah satunya adalah IKM Alam Sari Budidaya Jamur Tiram di Subang, Jawa Barat. Sebelum ada inovasi ini, IKM Alam Sari menghabiskan Rp 335.000,- untuk elpiji dan kayu bakar. Namun, setelah adanya tungku siklon ini, IKM Alam Sari hanya membutuhkan Rp 30.000,- untuk bahan bakar campuran batubara dan energi biomassa. 

Sekjen Kementerian ESDM Ego Syahrial menyalami Ketua Tim Panel Independen J.B. Kristiadi, usai presentasi dan wawancara Top 99 di Kementerian PANRB 

Inovasi ini juga berdampak pada kapasitas produksi yang sebelumnya tiga oven menghasilkan 900 media tanam jamur, kini satu oven bisa menghasilkan 1.158 media tanam. Waktu produksi juga semakin singkat, yakni 4 jam, dari waktu produksi sebelumnya yang mencapai 8 jam. 

Hal positif juga dirasakan IKM Kerupuk Plumbon, yang sebelumnya memakan dana Rp 1.478.400,- untuk produksi, kini hanya Rp. 864.000,-. Bagi IKM Gula Batu Cirebon, yang sebelumnya membutuhkan dana sebesar Rp 20.400.000,- untuk produksi, kini bisa berhemat 53 persen atau hanya mengeluarkan dana Rp 9.648.000,-. Sedangkan bagi IKM Kecap Majalengka, kini mereka mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp 5.472.000,-, padahal sebelumnya mereka harus mengucurkan dana sebesar Rp 9.408.000,-. 

Dikatakan, pengurangan pemakaian BBM ini dilakukan karena sebagian besar minyak masih impor. “Kita cari solusi, kemudian teknologi ini juga mempunyai efisiensi untuk meningkatkan produktifitas IKM,” imbuh Ego seraya menambahkan bahwa kebijakan Menteri ESDM agar riset-riset yang dilakukan Balitbang betul-betul langsung berguna pada masyarakat. 

Dijelaskan, hingga saat ini sudah ada 30 IKM yang menggunakan inovasi Tusina Baraseger. Untuk mengembangkan teknologi ini, Kementerian ESDM bekerjasama dengan PT. Aalborg Industri Indonesia (KSO Almira Energi) akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga uap (PLTU). Tusina Baraseger juga akan dikembangkan di daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). “Potensi PLTU biomassa di NTB-NTT mencapai 635 MW atau setara dengan 21.000 barrel solar per hari,” tegasnya. (p/ab)